Sabtu, 16 April 2011

Pelaku Diduga Kafirkan Pemerintahan Indonesia


Jaringan Masyarakat Anti Kekerasan (JAMAK) menuding pelaku bom bunuh diri di Mapolresta Cirebon dilakukan oleh Islam garis keras. Bahkan, sasaran sebenarnya adalah kantor polisi bukan masjid. Sebab, dalam Islam garis keras ada ideologi yang menyebut golongan di luar mereka adalah sesat.

"Di Islam garis keras ada ideologi yang menyebutkan golongan di luar mereka adalah kafir dan darahnya halal. Singkatnya mereka yang di luar golongan itu pantas untuk dibunuh," kata Ahmad Zainul Hamdi, Presedium JAMAK ketika dihubungi Okezone, Sabtu (16/4/2011).

Menurutnya, pelaku bom di Mapolresta itu dimungkinkan satu jaringan dengan serangkaian teror yang mengguncang ibu kota. Utamanya adalah yang sempat meledak di Kantor Radio 68 H, Jalan Utan Kayu, Jakarta. Pria yang akrab disapa Inung ini menjelaskan, sasaran bom tersebut sebenarnya bukan masjid.

Pelaku memanfaatkan masjid sebagai sarana untuk masuk ke Mapolresta. Sebab, saat masuk masjid tidak mungkin ada pemeriksaan yang ketat. Terlebih lagi ketika hendak salat Jumat. "Sasarannya bukan masjid tapi kantor polisi," tandas Inung.

Dipilihnya Polisi karena golongan garis keras ini mengganggap pemerintah Indonesia sudah termasuk kafir karena mengkiblat terhadap agenda-agenda barat yakni Amerika. Oleh karena itu, kata Inung, apapun alasannya pemerintah harus ditumpas. Selain itu, lanjutnya, Indonesia ini merupakan bagian dari salah satu wilayah Islam Transnasional dan merupakan jaringan international.

"Agenda Islam Transnasional itu meliputi Philiphina Selatan hingga Taliban," ujarnya.

Analisa itu kemudian dikaitkan dengan teror terhadap pembunuhan presiden. "Masih ingatkah kita terkait isu Presiden SBY akan dibunuh bahkan fotonya jadi sasaran tembak," tambahnya.

Selain itu, JAMAK mengangap meledaknya bom di Mapolresta Cirebon itu adalah buah yang harus dituai oleh aparat kepolisian. Selama ini, polisi cenderung berkompromi dengan gerakan tersebut. "Kita tahu lah, selama ini polisi cenderung berkompromi dengan aliran garis keras, tidak pernah ada tindakkan tegas," paparnya.

Pelaku Bom Cirebon Mengenakan 5 Lapis Celana


Ciri-ciri pelaku pengeboman di masjid kompleks Polresta Cirebon terungkap. Namun demikian, polisi belum mengetahui identitas pria yang saat beraksi mengenakan pakaian hitam tersebut.

Kadiv Humas Mabes Polri Anton Bahrul Alam mengatakan, saat menjalankan aksinya, pelaku mengenakan celana hingga lapis lima agar tampak gemuk. Dibalik celana tersebut, pelaku menyimpan bom untuk diledakkan.

“Pelaku menggunakan satu celana dalam, dua celana pendek, dan dua celana panjang. Bahkan agar terlihat gebuk, celana tersebut dilakban. Kemudian bom tersebut dililitkan ditubuhnya,” kata Anton saat jumpa pers di RS Polri Kramat Jati, Sabtu (16/4/2011).

Selain itu, Anton juga membeberkan ciri-ciri lain yang dilakukan pelaku pengeboman. Di antaranya;

Adapun ciri-ciri pelaku antara lain:

Jenis kelamin laki-laki
Ras Mongoloid
Golongan darah O
Usia 25-35 tahun
Tinggi badan 181 sentimeter
Berat 70 kilogram
Kulit kuning langsat
Ukuran sepatu 43
Di dahi ada bekas luka dan sudah sembuh
Giginya ada yang patah di bagian atas
Pada kuku jempl kiri ada bekas jamur atau luka
Berjanggut tipis

“Kita masih menyelidiki ini semua bersama Polresta Cirebon dibantu Polda Jabar. Semoga usaha kami ini membawa hasil,” tukasnya.

Pelaku bom tewas seketika saat menjalani aksinya itu, dan sedikitnya 30 orang lainnya mengalami luka-luka.

Diduga kuat korban yang tewas adalah orang yang membawa bom tersebut. Bom itu merupakan aksi bom bunuh diri. Selain menewaskan pelaku, 30 orang lainnya mengalami luka, salah satunya adalah Kapolresta AKBP Herukoco.

Shalat Jum'at Mulai, Aksi pun Dimulai


Meledaknya bom di masjid kompleks Mapolresta Cirebon begitu mengejutkan bagi banyak pihak. Bagaimana tidak, Markas kepolisian yang seharusnya steril, justru malah kecolongan teroris.

Menurut keterangan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Bahrul Alam, pelaku pengeboman yang belum diketahui namanya dan berbaju hitam itu tiba-tiba menyalip ke barisan kedua tepat berada di belakang Kapolresta Cirebon AKBP Herukoco.

“Saat Takbiratul Ikhram tiba-tiba meledak. Seketika itu mereka yang berada di depan, belakang, samping kanan dan samping kiri pelaku menjadi korban luka,” kata Anton saat jumpa pers di RS Polri Kramat Jati, Sabtu (16/4/2011).

Kejadian itu, lanjut Anton telah menewaskan satu orang yang tak lain adalah pelaku pengeboman itu sendiri, serta menyebabkan 30 orang lainnya mengalami luka-luka. Enam orang luka berat, 24 luka ringan.

“Dari 24 yang luka ringan, delapan di antaranya sudah diperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan. Sedangkan sisanya masih menjalani rawat inap,” tukasnya.