Jaringan Masyarakat Anti Kekerasan (JAMAK) menuding pelaku bom bunuh diri di Mapolresta Cirebon dilakukan oleh Islam garis keras. Bahkan, sasaran sebenarnya adalah kantor polisi bukan masjid. Sebab, dalam Islam garis keras ada ideologi yang menyebut golongan di luar mereka adalah sesat.
"Di Islam garis keras ada ideologi yang menyebutkan golongan di luar mereka adalah kafir dan darahnya halal. Singkatnya mereka yang di luar golongan itu pantas untuk dibunuh," kata Ahmad Zainul Hamdi, Presedium JAMAK ketika dihubungi Okezone, Sabtu (16/4/2011).
Menurutnya, pelaku bom di Mapolresta itu dimungkinkan satu jaringan dengan serangkaian teror yang mengguncang ibu kota. Utamanya adalah yang sempat meledak di Kantor Radio 68 H, Jalan Utan Kayu, Jakarta. Pria yang akrab disapa Inung ini menjelaskan, sasaran bom tersebut sebenarnya bukan masjid.
Pelaku memanfaatkan masjid sebagai sarana untuk masuk ke Mapolresta. Sebab, saat masuk masjid tidak mungkin ada pemeriksaan yang ketat. Terlebih lagi ketika hendak salat Jumat. "Sasarannya bukan masjid tapi kantor polisi," tandas Inung.
Dipilihnya Polisi karena golongan garis keras ini mengganggap pemerintah Indonesia sudah termasuk kafir karena mengkiblat terhadap agenda-agenda barat yakni Amerika. Oleh karena itu, kata Inung, apapun alasannya pemerintah harus ditumpas. Selain itu, lanjutnya, Indonesia ini merupakan bagian dari salah satu wilayah Islam Transnasional dan merupakan jaringan international.
"Agenda Islam Transnasional itu meliputi Philiphina Selatan hingga Taliban," ujarnya.
Analisa itu kemudian dikaitkan dengan teror terhadap pembunuhan presiden. "Masih ingatkah kita terkait isu Presiden SBY akan dibunuh bahkan fotonya jadi sasaran tembak," tambahnya.
Selain itu, JAMAK mengangap meledaknya bom di Mapolresta Cirebon itu adalah buah yang harus dituai oleh aparat kepolisian. Selama ini, polisi cenderung berkompromi dengan gerakan tersebut. "Kita tahu lah, selama ini polisi cenderung berkompromi dengan aliran garis keras, tidak pernah ada tindakkan tegas," paparnya.
"Di Islam garis keras ada ideologi yang menyebutkan golongan di luar mereka adalah kafir dan darahnya halal. Singkatnya mereka yang di luar golongan itu pantas untuk dibunuh," kata Ahmad Zainul Hamdi, Presedium JAMAK ketika dihubungi Okezone, Sabtu (16/4/2011).
Menurutnya, pelaku bom di Mapolresta itu dimungkinkan satu jaringan dengan serangkaian teror yang mengguncang ibu kota. Utamanya adalah yang sempat meledak di Kantor Radio 68 H, Jalan Utan Kayu, Jakarta. Pria yang akrab disapa Inung ini menjelaskan, sasaran bom tersebut sebenarnya bukan masjid.
Pelaku memanfaatkan masjid sebagai sarana untuk masuk ke Mapolresta. Sebab, saat masuk masjid tidak mungkin ada pemeriksaan yang ketat. Terlebih lagi ketika hendak salat Jumat. "Sasarannya bukan masjid tapi kantor polisi," tandas Inung.
Dipilihnya Polisi karena golongan garis keras ini mengganggap pemerintah Indonesia sudah termasuk kafir karena mengkiblat terhadap agenda-agenda barat yakni Amerika. Oleh karena itu, kata Inung, apapun alasannya pemerintah harus ditumpas. Selain itu, lanjutnya, Indonesia ini merupakan bagian dari salah satu wilayah Islam Transnasional dan merupakan jaringan international.
"Agenda Islam Transnasional itu meliputi Philiphina Selatan hingga Taliban," ujarnya.
Analisa itu kemudian dikaitkan dengan teror terhadap pembunuhan presiden. "Masih ingatkah kita terkait isu Presiden SBY akan dibunuh bahkan fotonya jadi sasaran tembak," tambahnya.
Selain itu, JAMAK mengangap meledaknya bom di Mapolresta Cirebon itu adalah buah yang harus dituai oleh aparat kepolisian. Selama ini, polisi cenderung berkompromi dengan gerakan tersebut. "Kita tahu lah, selama ini polisi cenderung berkompromi dengan aliran garis keras, tidak pernah ada tindakkan tegas," paparnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sesungguhnya manusia itu ga ada yang sempurna. Tapi kita bisa berbuat lebih baik. Saran ato Pesan yang membangun sangat saya tunggu.